Untukmu Pencari Kebenaran Sejati

jalan bercabangTulisan ini kutujukan untukmu yang ingin mencari jalan kebenaran hakiki. Juga, untukmu yang ingin mencari jalan keselamatan yang sejati. Pahamilah, Alloh adalah Tuhan yang satu, nabi kita satu Muhammad sholallohu ‘alaihi wa sallam, kitab al-Qur’an kita satu, Islam agama kita satu dan jalan kebenaran itu cuma satu. Di luar yang satu itu tentulah bukan jalan Islam, bukan jalan kebenaran, juga bukan jalan keselamatan. Akan sangat mustahil jika nabi kita yang satu mengajarkan Islam yang beraneka warna untuk umatnya. Renungkanlah ucapan Nabimu Muhammad sholallohu ‘alaihi wa sallam yang diabadikan dan dicatat oleh Abu Dawud, Ahmad bin Hanbal, al-Hakim, ad-Darimi dan al-Lalikai , dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan salah seorang sahabat Nabi – pencatat wahyu Al-Qur’an – bahwa beliau pernah bersabda:

 أََلاَ إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ اِفْتَرَقُوْا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ. ثِنْتَانِ وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَهِيَ الْجَمَاعَةُ .

Artinya:

“Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari Ahlul Kitab telah berpecah-belah menjadi 72 golongan. Sesungguhnya (umat) agama ini (Islam) akan berpecah belah menjadi 73 golongan, 72 golongan tempatnya di dalam neraka dan hanya satu golongan di dalam surga, yaitu al-jama’ah”.

Imam Tirmidzi dan al-Hakim mencatatkan untuk kita dalam kitab mereka yang bersumberkan dari seorang sahabat Nabi yaitu Abdullah bin Amr bahwa Nabi Muhammad sholallohu ‘alaihi wa sallam menjelaskan siapa al-jama’ah yang dimaksudkan beliau:

ﻛﻠﻬﻢ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺎﺭ ﺍﻼ ﻭﺍﺣﺪﺓ ﻣﺎ ﺍﻥ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺍﺻﺤﺎﺑﻲ

“Semua golongan tersebut tempatnya di neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan para sahabatku berjalan di atasnya”.

Pelajaran penting yang dapat kita petik dari ucapan Nabi sholallohu ‘alaihi wa sallam di atas antara lain:

PERTAMA, Rosululloh mengkabarkan melalui wahyu Alloh akan adanya perpecahan dalam umat ini. Dan apa yang dikabarkan Nabi pasti benar. Hari ini kita menjadi saksi atas kebenaran ucapan Nabi Muhammad sholallohu ‘alaihi wa sallam. Umat Islam tercerai berai menjadi puluhan firqoh (aliran), masing-masing firqoh merasa bangga dengan apa yang ada padanya dan mengajak manusia supaya memasuki firqohnya. Mereka fanatik dengan alirannya dan merasa golongannya yang berada di atas kebenaran.

KEDUA, Perpecahan ini sudah ditakdirkan oleh Alloh, akan tetapi bukan berarti Alloh ridho dengan perpecahan umat Islam, justru Alloh menghendaki persatuan. Bukti ketidakridho’an Alloh adalah bahwa golongan dan aliran tersebut diancam dengan neraka.

KETIGA, Jalan keselamatan itu cuma satu yaitu mereka yang senantiasa istiqomah menapaki jalannya Nabi dan para sahabatnya yang mulia. Rosululloh tidak mengatakan bahwa golongan yang selamat itu namanya ini dan itu, akan tetapi beliau hanya menyebutkan sifat yaitu mereka yang mengikuti cara beragamanya Rosululloh dan jama’ah para sahabatnya. Inilah tolok ukur kebenaran nan sejati. Sehingga, aliran apa pun namanya, ormas Islam apa pun bentuknya (NU, MUHAMMADIYAH, LDII, PERSIS dll) tidak berhak mengklaim bahwa dirinya paling benar sebelum dicocokkan dulu pemahaman mereka dengan pemahanan Rasululloh dan para sahabatnya.

KEEMPAT, dalam hadits ini terkandung isyarat halus bahwa tidak semua yang berdalil dengan al-Qur’an dan ucapan Nabi sholallohu alaihi wa sallam pasti benar, akan tetapi benar atau tidaknya penafsiran al-Qur’an dan Hadits harus merujuk pada metode yang diajarkan Rasululloh dan para sahabatnya.
Para sahabat nabi adalah orang yang paling dekat dengan nabi, kepada mereka al-Qur’an diturunkan, mereka lebih paham sebab-sebab turunnya ayat dan mereka lebih tahu tafsir ayat-ayat al-Qur’an karena dibimbing langsung oleh Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam. Mereka (para sahabat) juga orang yang paling mengerti sabda-sabda Rosululloh -shollallohu ‘alaihi wa sallam- dan maksud-maksud beliau. Oleh karenanya adalah sangat tepat jika Rosululloh -shollallohu ‘alaihi wa sallam- memberikan tazkiyah (rekomendasi) agar umat Islam senantiasa meneladani para sahabat Nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam- dalam memahami permasalahan Dien(agama) ini. Setiap pemahaman dalam urusan Dien yang menyimpang dari yang dipahami oleh para sahabat tentulah akan membawa kepada kesesatan.

Contoh konkrit dalam masalah ini adalah sebagaimana yang dipahami oleh saudara-saudara kita dari LDII ketika mereka menafsirkan makna ‘al-jama’ah’ dalam hadits diatas mereka tafsirkan dengan jama’ah LDII atau Islam Jama’ah. Sehingga siapa pun yang tidak masuk ke aliran Islam Jama’ah (LDII) divonis sesat bahkan kafir. Padahal yang dimaksudkan ‘al-jama’ah’ pada hadits di atas adalah jama’ahnya para sahabat Nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam-.

Contoh lain adalah pemahaman tentang ayat-ayat tahkim (berhukum dengan hukum Alloh ) yang terdapat di dalam surat al-ma’idah ayat : yaitu barang siapa yang tidak berhukum dengan hukum Alloh maka dia kafir, fasik dan dzolim. Sebagian kaum muslimin yang berpikiran cekak ketika dihadapkan pada ayat ini langsung memvonis kafir kepada pemerintah karena tidak menerapkan hukum Alloh. Bahkan setiap yang ta’at kepada pemerintah pun juga dikafirkan karena dianggap mendukung hukum kafir. Akhirnya aksi anarkis pun merebak, pemboman atas nama jihad pun terjadi, demonstrasi dengan berbagai aksi penghujatan pun marak. Dengan berbagai upaya mereka berusaha menggulingkan pemerintahan yang sah. Padahal perincian ayat tahkim tersebut tidaklah sesempit yang mereka pahami sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama yang mengikuti petunjuk Nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam-.

Seandainya boleh kita menafsirkan al-Qur’an dan Hadits-hadits nabi dengan akal kita, hawa nafsu kita, perasaan kita, pendapat-pendapat kita, ide-ide kita, dll tentulah akan rusak islam ini.

KELIMA, ukuran kebenaran bukan dengan banyaknya pengikut, akan tetapi kebenaran itu mengikuti Rosululloh -shollallohu ‘alaihi wa sallam- dan para shahabatnya, meski jumlah mereka minoritas. Semakin seseorang itu dekat dengan pemahaman Rosululloh -shollallohu ‘alaihi wa sallam- dan para shahabatnya maka semakin dekat mereka dengan kebenaran, sebaliknya semakin jauh dan menyimpan seseorang dari ajaran Rosululloh -shollallohu ‘alaihi wa sallam- dan para shahabatnya maka semakin jauh mereka dari kebenaran, meski jumlah pengikutnya mayoritas.

Semoga tulisan ini bisa memberi manfaat bagi mereka yang ingin mencari jalan-jalan kebenaran.

Allohu a’lam.

Leave a comment